Resensi
buku Matikan TV-Mu!
By.Nera Henaria
Resensi buku Matikan
TV-Mu!
Pengarang : Sunardian Wirodono
Penyunting : Darmawan
Judul Buku : Matikan TV-Mu!: Teror Media Televisi
Indonesia
Edisi : Kedua, Maret 2006
Penerbit : Resist Book
Distributor : CV. Langit Aksara
Pencetak : Nailil Printika
Jumlah Halaman:
177 halaman
Televisi
Sebagai Pabrik Polusi
Buku Matikan
TV-Mu! ini berisikan tentang banyaknya pengaruh dan akibat yang diperoleh para
penontonnya dari tayangan-tayangan televisi saat ini. Perkembangan media
televisi di Indonesia tidak berjalan begitu mulus, media televisi harus
berjuang sekeras-kerasnya demi mendapatkan tempat di hati para pemirsanya.
Perjuangan yang begitu keras membuat para pihak televisi tak jarang membuat
program-program acara sengawur-ngawurnya tanpa mempedulikan kualitas dari
program tayangan tersebut. Kemudian pihak televisi yang menanamkan prinsip
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang seminim mungkin,
membuat tayangan-tayangan yang diberikan hanya semata-mata untuk kepentingan
komersial serta kepentingan pribadi para penguasa yang tanpa memikirkan efek
yang diperoleh masyarakat sebagai penikmat tayangan televisi. Selain itu, tidak
adanya pengawasan dan kotrol yang ketat membuat terjadinya kebebasan dalam hal
program tayangan televisi Indonesia yang terjadi seperti saat ini. Sebenarnya
ada UU yang mengaturnnya yaitu UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran, tetapi UU
ini pada kenyataannya hanya berfungsi sebagai pemberi sanksi bukan lebih kepada
efek jera para pihak televisi yang melanggarnya.
Persoalan
penting mengenai tayangan televisi yang berkualitas adalah adanya kesadaran
pihak pemerintah, stasiun televisi, dan rumah produksi (production house) akan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh
masyarakat agar menjadi masyarakat yang memiliki kemandirian dan jati diri
sebagai bangsa dan negara Indonesia yang baik. Apabila dari ketiga pihak
tersebut mau menghilangkan kepentingan pribadi masing-masing dengan tidak
selalu ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dan mampu bekerja sama dengan
baik, maka dunia pertelevisian kita akan berkembang dengan lebih baik, lebih
maju dan mampu menghasilkan efek yang baik pula. Begitulah kira-kira isi dari
buku Matikan TV-Mu! yang dapat saya simpulkan.
Hampir 100% apa
yang dikatakan dalam buku Matikan TV-Mu! ini benar dan memang terjadi pada
industri pertelevisian Indonesia sampai saat ini. Dengan segmentasi pasar dari
buku ini adalah para calon broadcaster dan para penonton televisi, oleh karena
itu buku ini sangat membantu dan sebagai pengingat agar para penonton televisi tidak
menjadi penonton yang pasif dengan selalu menelan bulat-bulat apa yang telah ditontonnya
tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya tayangan tersebut. Kemudian bagi para
calon broadcaster, buku ini dapat dijadikan acuan untuk mereka agar mampu
menjadi broadcaster yang kreatif dan handal dengan tidak mengutamakan
keuntungan tetapi mengutamakan kualitas. Kata-kata yang ditulis dalam penggalan
buku ini juga sangat mudah untuk dipahami, tidak banyak kata-kata yang asing
sehingga dalam sekali membacapun akan langsung mengerti apa isi dari buku Matikan
TV-Mu! ini. Kemudian buku ini hanya terdiri dari 177 halaman, dapat dikatakan
sedikit sehingga pembacanya tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan
pembacaan buku. Itulah beberapa kelebihan atau nilai positif dari buku Matikan
TV-Mu! ini.
Dari setiap
kelebihan pasti ada kekurangan. Menurut saya, tidak banyak kekurangan dalam
buku Matikan TV-Mu! ini, saya hanya akan memberikan sedikit komentar. Pada bab
lima tentang Rating dan Nafsu Iklan, disitu membahas mengenai program tayangan
televisi yang memiliki rating tinggi akan mendapatkan banyak iklan. Kemudian
seolah-olah menyalahkan pihak stasiun televisi yang selalu berburu iklan demi
mendapatkan keuntungan yang banyak tanpa mementingkan kualitas tayangan. Hal
tersebut memang benar, tetapi kalau saja kita lihat jika setiap program tanpa
adanya dukungan atau sponsor yang diberikan oleh iklan, dari mana para pekerja
televisi mendapatkan uang (gaji)? Dan apakah program tersebut akan tetap
berjalan tanpa adanya finasial yang mendukung? Yang perlu ditekankan yaitu
iklan (dalam arti sponsor) memang harus dicari dan harus diburu demi kelancaran
program acara yang akan ditayangkan, tapi jangan sampai melupakan kualitas
tayangan yang menjadi tanggungjawab para pembuat program acara kepada
masyarakat (penonton televisi) untuk memberikan tayangan yang baik.
Sampai kapan
industri pertelevisian Indonesia seperti ini? yang dimaksud dengan seperti ini
adalah pertelevisian Indonesia yang dimana peran dan fungsinya sebagai media
informasi, hiburan, dan pendidikan tidak terlihat atau bahkan tidak tampak sama
sekali. Program-program acara yang sangat tidak bermutu seperti reality show yang penuh dengan settingan
dan jauh dari realitas sebenarnya, sinetron yang penuh dengan drama rumah
tangga dengan semeraut konflik didalamnya dan kisah percintaan remaja yang
sangat berlebihan, kemudian tayangan berita kekerasan atau bahkan berita
pemerkosaan, pencabulan anak usia dini yang dikemas sedemikian rupa yang dapat
mengakibatkan kepanikan masyarakat dan dampak psikologis masyarakat yang
menganggap seolah-olah hal tersebut terjadi pada dirinya, dan tayangan lainnya.
Tayangan-tayangan tersebut tak ubahnya seperti limbah pabrik dan asap kendaraan
yang dapat menimbulkan polusi bagi masyarakat dan sangat membahayakan bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Bahkan, tayangan-tayangan televisi saat ini
dapat dikatakan sebagai polusi atau bisa jadi pabriknya polusi yang paling
berbahaya.
No comments:
Post a Comment