Review Puisi Joko Pinurbo
oleh : Fadilatul Ulfa Churota'ayun
Penulis : Joko Pinurbo
Judul Buku : Celana Pacar Kecilku Di Bawah Kibaran
Sarung
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbitan :
Mei 2007
Halaman : 219 Halaman
Joko Pinurbo, seorang sastrawan Indonesia
yang lahir pada tanggal 11 Mei 1962 di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Joko
Pinurbo mulai menulis puisi pada usia 20-an. Dalam menulis puisi, ia kerap mencampur antara
realitas dengan impian, hikmat dengan unsur-unsur komik, si angkuh dan si
pejalan kaki, yang semua itu dapat ditemukan dalam satu baris dan diucapkan
dalam satu hembusan napas. Citra reliji dapat tampil berdampingan dengan
komentar-komentar berbau sosial politik pun percakapan yang intim. Karya-karya
puisinya merupakan perpaduan antara naratif, ironi refleksi diri, dan kadang
mengandung unsur "kenakalan".
Beberapa karya puisi Joko Pinurbo merupakan
parodi dari tradisi puisi Indonesia. Selain itu ia juga gemar menggunakan pengacuan pada objek-objek yang biasa ditemukan sehari-hari seperti
sarung, telepon genggam, kamar mandi, celana panjang merupakan ciri khas
karyanya.
Celana Pacar Kecilku Di Bawah Kibaran
Sarung berisi sajak-sajak Joko Pinurbo
yang pernah dimuat dalam "Celana", "Di Bawah Kibaran Sarung",
dan "Pacarkecilku", bisa dibilang ini kumpulan puisi yang telah memperkenalkan
penyairnya sebagai salah satu ikon penting dunia perpuisian Indonesia.
Di dalam buku Puisinya banyak yang
menarik, unik, buat saya yang awam soal
puisi, ini adalah sesuatu yang baru dan menyegarkan. Seperti pada kutipan salah
satu puisi berikut ini yang berbau sosial menceritakan kehidupan para pengamen:
Pengamen
Sepuluh orang pengamen menyerbu bus yang sedang lapar
karena hanya diisi seorang penumpang.
Ia orang bingung, duduk gelisah di pojok belakang
membaca peta yang sudah kumal dan penuh coretan.
Para pengamen yang tampak necis dan gagah bergiliran
memetik gitar dan menyanyi lantang kemudian
memungut uang dari penumpang lalu duduk berurutan.
Setelah semua mendapat bagian, gantian si penupang berdiri
di depan lantas bernyanyi dan bergoyang.
Bahkan para pengamen berwajah seram terheran-heran
lantas bertepuk tangan karena penumpang itu
ternyata dapat menyanyi lebih merdu dan menghanyutkan.
Selesai melantunkan beberapa tembang, ia memungut uang
dari para pengamen lalu berteriak stop kepada sopir kemudian
melompat turun sambil melepaskan pekik kemenagan:
"Hidup rakyat! Hidup penumpang!"
(2001)
Pengamen
Sepuluh orang pengamen menyerbu bus yang sedang lapar
karena hanya diisi seorang penumpang.
Ia orang bingung, duduk gelisah di pojok belakang
membaca peta yang sudah kumal dan penuh coretan.
Para pengamen yang tampak necis dan gagah bergiliran
memetik gitar dan menyanyi lantang kemudian
memungut uang dari penumpang lalu duduk berurutan.
Setelah semua mendapat bagian, gantian si penupang berdiri
di depan lantas bernyanyi dan bergoyang.
Bahkan para pengamen berwajah seram terheran-heran
lantas bertepuk tangan karena penumpang itu
ternyata dapat menyanyi lebih merdu dan menghanyutkan.
Selesai melantunkan beberapa tembang, ia memungut uang
dari para pengamen lalu berteriak stop kepada sopir kemudian
melompat turun sambil melepaskan pekik kemenagan:
"Hidup rakyat! Hidup penumpang!"
(2001)
No comments:
Post a Comment