Review Puisi "Bayangkan"
oleh
: Putrindiri
BAYANGKAN
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
direguknya
wiski
direguk
direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya
di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis
lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
direguknya
wiski
direguk
direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya
di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis
lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
Puisi dengan
judul “Bayangkan” ini adalah karangan dari Sutardji Calzoum Bachri . Sajak dari
puisi dengan judul “Bayangkan”, menceritakan tentang seseorang yang putus asa. Banyak cara
telah dilakukannya untuk mengusir rasa kegalauan yang dirasakannya. Mulai dari
minum wiski, punya anak, dan lainnya. Namun pada akhirnya semua usahanya itu
tetap saja tidak dapat menghilangkan rasa kegalauan yang dirasakan olehnya . Hanya
rasa kekecewaan saja yang dapat dirasakan olehnya hingga pada akhirnya
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri .
Terimakasih sudah menjadi rumah ditahun kemarin
ReplyDeleteTerlepas bagaimana kisah kita berakhir di pertengahan tahun ini
Aku tetap bersyukur pernah mengenalmu
Aku tahu
Walaupun denganmu cukup banyak sedihnya
Namun tidak sedikit juga bahagia yang di ciptakan bersama
Tidak bisa dipungkiri
Kau menjadi orang pertama
Yang membuatku banyak melakukan hal – hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan
Kau menjadi orang pertama
Yang pernah menjadi rumah ternyaman
Bahkan dari yang datang sebelum kamu
Sampai saat ini
Semua nasehatmu masih ku ingat
Tidak itu saja
Wajahmu
Caramu menatapku
Genggaman tanganmu
Hangatnya pelukmu
Caramu berbicara padaku
Perhatian dan kasih sayang yang pernah kau berikan
Bahkan bagaimana caramu saat pertama kali ingin mendapatkanku
Masih ku ingat dengan jelas
Namun aku juga mengingat rasa sakit itu
Bagaimana tiap proses yang aku lewati
Intinya, bersamamu atau tidak
Itu sama – sama menyakitkan
Kau mungkin bisa menjadi penyebab dan penyembuh luka itu
Namun aku minta maaf
Karena telah egois dengan memilih sembuh
Dan bahagia tanpa perlu adanya dirimu lagi