Resensi Buku, Media
--KREATIF SAMPAI MATI, by WAHYU ADITYA--
Penulis : Wahyu Aditya
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan/Tahun Terbit : III, Mei 2013
Jumlah Halaman : 302 halaman
Menurut
saya, buku ini sangat menarik. Karena di buku ini membahas bagaimana kita berproses
kreatif dalam berpikir, bertanya banyak hal yang bisa diakali dengan kreatif dan
memulai usaha dengan kreatif. Kreatif itu bisa
dilatih dan tidak bisa dibeli. Kreatif itu cara bertahan hidup. Kreatif itu
penting. Kreatif itu adalah sesuatu yang baru. Kreatif itu adalah salah satu
bentuk pertahanan yang dibutuhkan negara ini. Beberapa tulisan kreatif berwarna
putih dengan landasan merah dalam buku Sila ke-6 : Kreatif Sampai Mati karya
Wahyu Aditya menyadarkan para pembaca akan apa itu kreatif. Di buku dengan tebal 302 halaman berisi 17
butir (bab) yang di dalamnya terdapat berbagai macam desain dan animasi
menggambarkan tentang kreatifitas. Di setiap halaman penulis memberikan gambar
yang berbeda-beda, sehingga yang terjadi jika lembaranan halaman itu digerakkan
secara perlahan. Maka akan terbentuk sebuah pola yang lucu dan menarik. Selain
itu di setiap butir, penulis memberikan warna, tulisan serta desain berbeda
mengenai apa itu kreatif. Buku
ini, merupakan buku yang sangat aplikatif, praktis, menarik, lucu, tidak
membosankan dan sangat kreatif. Gaya penulisan dengan konsep scratch book. Menjadikan buku dibaca berkali-kali tidak akan membuat pembaca bosan.
Malah semakin memahamkan tentang cara dan pentingnya berpikir kreatif. Sungguh
buku yang sangat edukatif. Salah satu buku yang wajib dibaca oleh para rakyat
Indonesia.
Di bab awal, kita bisa mengetahui dan kita bisa
mengulas sedikit tentang di
negeri kita sendiri pun masih sering membuat anggapan bahwa pelajaran eksak lah yang paling penting dibandingkan pelajaran lainnya. Sehingga, siswa yang kurang dalam bidang tersebut tidak bisa tertampung pada minatnya. Penulis pada masa sekolah, hanya menyukai 2 pelajaran saja, yaitu: pelajaran seni dan jam kosong. Pelajaran kesenian adalah tempat belajar kesenian, sedangkan jam kosong adalah kesempatan untuk melatih lagi pelajaran kesenian. Lalu, pada bab selanjutnya, penulis memaparkan tentang hambatan pada proses kretifitas, berimajinasi, dan hal menarik lain yang disertai ilustrasi khas mas wadit (-panggilan penulis). Salah satu hal menarik yang lain disampaikan oleh penulis, bahwasanya kretifitas akan membuat suasana belajar menyenangkan. Penulis mencontohkan kelas yang di atur secara biasa, dengan kelas yang dihias dengan tema dan hiasan sedemikian rupa, yang dibuat oleh anggota kelas, akan membuat suasana belajar semakin fun.
negeri kita sendiri pun masih sering membuat anggapan bahwa pelajaran eksak lah yang paling penting dibandingkan pelajaran lainnya. Sehingga, siswa yang kurang dalam bidang tersebut tidak bisa tertampung pada minatnya. Penulis pada masa sekolah, hanya menyukai 2 pelajaran saja, yaitu: pelajaran seni dan jam kosong. Pelajaran kesenian adalah tempat belajar kesenian, sedangkan jam kosong adalah kesempatan untuk melatih lagi pelajaran kesenian. Lalu, pada bab selanjutnya, penulis memaparkan tentang hambatan pada proses kretifitas, berimajinasi, dan hal menarik lain yang disertai ilustrasi khas mas wadit (-panggilan penulis). Salah satu hal menarik yang lain disampaikan oleh penulis, bahwasanya kretifitas akan membuat suasana belajar menyenangkan. Penulis mencontohkan kelas yang di atur secara biasa, dengan kelas yang dihias dengan tema dan hiasan sedemikian rupa, yang dibuat oleh anggota kelas, akan membuat suasana belajar semakin fun.
Di bab kedua tentang Miliuner. Yaitu dengan
berpikir dari berbagai arah. Ditunjukkan dengan tanda (gambar) besar seperti
tambah (+). Gambar ini merupakan konsep pola pikir kreatif. Yaitu dengan cara
berpikir ke segala arah, berpikir terbalik atau berpikir berlawanan arah
(Halaman 28). Seperti penulis novel bestseller Twilight yaitu Stephenie Meyer.
Stephenie mencoba memberi persepsi terbalik terhadap sosok vampir. Biasanya
vampir itu berwujud menakutkan, tokoh antagonis, peminum darah manusia dan
hanya berani keluar. Di novel ini, sosok vampir berubah menjadi sosok ganteng,
tokoh yang baik hati, seorang vegetarian dan tidak takut terhadap matahari.
Selain itu dicontohkan juga berbagai orang-orang kreatif yang sukses baik di
dunia musik, bisnis properti dan makanan. Sungguh sangat kreatif.
Selanjutnya, Seperti dalam buku “The Power Of
Kepepet,” disitu dijelaskan bahwa dalam keadaan kepepet, maka akan muncul
adrenalin yang membuat kita dulunya berpikir tidak bisa dan tidak mungkin
menjadi bisa. Seperti yang dilakukan oleh Aditya membuat kampaye tentang “Koin
Peduli Prita” untuk mengumpulkan uang koin sebanyak 204 juta. Ternyata kampaye
inipun sukses dan bisa menyelamatkan prita dari gugatan sebuah Rumah Sakit
Internasional di Tangerang.
Visi dan misi Mas Wahyu Aditya untuk hidup dengan kreatifitas
membuat para pembaca menjadi optimis untuk selalu kreatif dalam keterbatasan,
kebuntuan dan menghadapi segala tantangan yang ada. Beberapa hal unik juga
diungkap disini. Misalnya saja melihat dunia pendidikan yang monoton dan
mainstream, melihat logo-logo pemerintah yang kaku sampai pada gerakan nyata
mencintai Indonesia. Ingatlah pesan Presiden Soekarno:
“Bangsa yang besar adalah Bangsa yang
Kreatif..!”
--AMALIA HAMIDA, 14321117--
No comments:
Post a Comment