RESENSI BUKU “MANAJEMEN MEDIA MASSA Teori, Aplikasi,
dan Riset”
Ratih Gayatri S
13321025
Judul :
Manajemen Media Massa Teori, Aplikasi, dan Riset
Pengarang : Fajar Junaedi
Penerbit : Buku Litera Yogyakarta
Tahun Terbit : 2014
Tebal Buku : 204 halaman
Keterbukaan
demokrasi pasca reformasi dan perubahan teknologi di satu sisi memberikan
implikasi positif bagi media massa, namun di sisi lain justru melahirkan
ancaman bagi media. Media yang tidak siap pada perubahan di dua ranah ini bisa
tersingkir dari persaingan. Keterbukaan demokrasi di ranah media juga
melahirkan buah simalakama bagi pers di daerah. “Liberalisasi” media
menyebabkan media dari Jakarta dengan cepat dan massif menyerbu daerah melalui
sistem jaringan. Pers di daerah yang secara modal jelas kalah dengan pers besar
dari Jakarta harus berhadapan vis a vis
dengan konglomerasi dari Jakarta.
Manajemen
media bisa diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana pengelolaan
media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik
terhadap media sebagai industri yang bersifat komersial maupun sosial, media
sebagai institusi komersial maupun institusi sosial. Media dipelajari secara
lengkap, karakteristikya, posisi dan peranannya dalam lingkungan dan sistem
ekonomi, sosial dan politik tempat media tersebut berada.
Kajian
manajemen media lekat dengan kajian manajemen komunikasi. Di beberapa perguruan
tinggi, kajian manajemen komunikasi menjadi peminatan/konsentrasi dalam
pendidikan sarjana Ilmu Komunikasi. Nonmenklatur pendidikan tinggi Ilmu
Komunikasi diperjuangkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom)
menaikan posisi manajemen komunikasi sebagai program studi/departemen mandiri
dalam pendidikan Ilmu Komunikasi, Jurnalistik, Periklanan, Humas serta Film dan
Televisi.
Manajemen
media harus memberikan pengetahuan tentang pengelolaan media, prinsip-prinsip
manajemen dengan seluruh proses manajemennya yang utuh, dimana ini meliputi
berbagai fungsi manajemen, yaitu planning,
organizing, actuating dan controlling,
yang biasa disingkat dengan fungsi POAC. Hal ini memperlihatkan bahwa akar
manajemen media yang bersumber dari manajemen komunikasi sebenarnya banyak
mengambil dari teori-teori manajemen dari bidang ilmu ekonomi, terutama
manajemen.
Dengan
pengelolaan manajemen media yang profesional, peran media sebagai pilar keempat
demokrasi, sejajar dengan tiga pilar lainnya : eksekutif, legislatif dan yudikatif
dapat benar-benar teraktualisasi. Masyarakat mendapatkan kemanfaatan dari manajemen
media dengan memperoleh informasi yang berkualitas dari media yang dikemas
secara menarik sesuai dengan prinsip jurnalistik dengan menjunjung tinggi etika.
Fungsi Manajamen
Dalam
beragam organisasi, termasuk dalam organisasi media, fungsi manajemen selalu
melekat dalam proses kehidupan organisasi. Pengertian-pengertian tentang
manajemen secara jelas menyebut beberapa fungsi dari manajemen dengan istilah
yang berbeda-beda dari setiap ahli, walaupun pada hakikatnya adalah sama.
Secara garis
besar, fungsi manajemen dapat dirangkum dalam empat fungsi, yaitu :
1.
Fungsi
perencanaan (planning).
2.
Fungsi
pengorganisasian (organizing).
3.
Fungsi
pelaksanaan (actuating) yang mencakup
adanya pengaruh (influencing) dan
pengarahan (directing).
4.
Fungsi
pengawasan (controlling).
Keempat
fungsi manajemen ini selalu ada dalam praktek manajemen. Penilaian terhadap
salah satu atau lebih dari keempat fungsi manajemen tersebut menjadikan
manajemen tidak akan berjalan dengan fungsinya.
Manajemen Media Cetak
Manajemen
media cetak merupakan praktek manajemen media yang pertama. Media cetak
berkembang lebih awal dibandingkan media massa yang lain. Manajemen di media
cetak ini pada prinsipnya mendasari manajemen pada bentuk media yang lain
dengan variasi yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing. Secara
garis besar manajemen media cetak terbagi dalam dua ruang lingkup manajemen,
yaitu pertama, manajemen perusahaan yang mengatur aspek bsinis dari media yang
bersifat non jurnalistik.
Manajemen
ini meliputi pekerjaan promosi, pencetakan, iklan, humas, sumber daya manusia
dan sebagainya. Kedua manajemen redaksional, yaitu manajemen dalam media yang
mengurusi pada aspek jurnalistik, mulai dari pencarian berita (news gathering) dan penulisan berita (news writing).
Manajemen Majalah
Majalah
merupakan pengembangan lebih lanjut dari media cetak dalam bentuk koran. Dalam perbedaan
yang paling mendasar dengan koran, majalah menyediakan informasi yang lebih
mendalam daripada koran, namun di sisi lain informasi tersebut kalah dari sisi
aktualitas dengna pemberitaan di koran. Majalah umumnya memfokuskan pada trend
atau isu dan juga memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai peristiwa
yang diberitakan (Schement, 2001:569).
Secara
umum ada tiga kategori majalah, yaitu majalah konsumen, perdagangan dan
organisasi. Kategori pertama umumnya adalah apa yang ada di benak khalayak
sebagai apa yang disebut sebagai ‘majalah’. Majalah perdagangan (trade magazine) berisi isu yang secara
khusus yang isinya fokus pada subyek yang berhubungan dengan pekerjaan. Majalah
ini umumnya biaya iklannya tinggi karena kemampuannya menjangkau khalayak. Majalah
organisasi (organization magazine) dapat dibagi dalam tiga subkategori, yaitu
majalah asosiasi dan masyarakat, majalah kehumasan dan majalah yang disponsori.
Manajemen Media Penyiaran Radio
Di
Indonesia, radio telah mengudara sejak masa kolonial Belanda. Di Kota Solo,
Raja Mangkunegara berinisiatif mendirikan stasiun penyiaran radio pertama
bernama Solosche Radio Vereniging (SRV) pada tahun 1993. Radio SRV menyiarkan
program acaranya dalam bahasa Jawa, sebuah terobosan mengingat di masa
klonialisme Bahasa Belanda lebih dianggap terhormat oleh kaum kolonialis. Stasiun
radio ini dianggap sebagai titik awal penyiaran, sehingga ditetapkan sebagai
Hari Penyiaran Nasional.
Pada
masa Perang Dunia II, radio berkembang pesat di Amerika Serikat. Radio tidak
hanya menjadi entitasi bisnis pada masa tersebut, namun digunakan sebagai media
propaganda dalam situasi perang. Namun era kejayaan radio di Amerika Serikat
mulai berkurang sejak dekade 1950-an ketika teknologi televisi semakin
berkembang.
Kini,
penyiaran radio harus berhadapan bukan hanya dengan televisi namun juga dengan
internet. Pada saat yang bersamaan jumlah stasiun radio berkembang. Kompetisi ini
memerlukan pengelolaan manajemen stasiun radio yang profesional agar mampu
bertahan di tengah persaingan berbagai media, baik dalam format yang sama
maupun dalam format yang berbeda.
Jika
diperhatikan jangkauan siarannya, banyak pengelola stasiun radio berkeinginan
agar siarannya menjangkau wilayah yang luas dan jauh. Hal ini tentu dilandasi
keinginan untuk mendapatkan pendengar yang semakin banyak. Bagi radio
komersial, luasnya jangkauan dan banyaknya pendengar dapat dijual kepada para
pengiklan. Bagaimanapun juga bagi stasiun penyiaran radio, iklan menjadi sumber
pendapatan utama dalam kelangsungan hidup stasiun radio.
Manajemen Media Penyiaran Televisi
Persaingan
bisnis dalam dunia penyiaran pun semakin ketat, baik di radio dan televisi. Stasiun
televisi yang tidak mampu bersaing akhirnya gulung tikar dan dibeli oleh
pemodal lain. Kasus Lativi, adalah satu contoh nyata dari kegagalan bisnis
dalam media penyiaran yang memerlukan modal besar. Keberhasilan dan kegagalan
dalam bisnis penyiaran sangat tergantung pada manajemen dalam media penyiaran.
Program
televisi yang bagus dengan penonton yang banyak dan mendapatkan rating tinggi
tidak bisa dilihat semata-mata sebagai keberhasilan bagian yang memproduksi
program tersebut, namun harus dilihat sebagai keberhasilan bersama dari
berbagai pihak yang terlibat dalam proses manajemen di stasiun televisi.
Manajemen
penyiaran televisi tidak sekedar urusan bagaimana proses teknik siaran, namun
juga menyangkut pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan
sumber daya peralatan di stasiun televisi.
Segmentasi, Targeting,
dan Positioning
Menurut
Kotler ada tiga tahap dalam menganalisis khalayak yaitu segmentasi, targeting, dan positioning. Segmentasi khalayak merupakan suatu strategi untuk
memahami struktur khalayak. Targeting
bisa diartikan sebagai target khalayak, yaitu persoalan bagaimana memilih,
menyeleksi dan menjangkau khalayak. Setelah khalayak dipilih, selanjutnya
adalah bagaimana melakukan positioning, yaitu
bagaimana strategi untuk memasuki otak konsumen (Kotler dalam Morissan,
2008:166).
Segmentasi
menjadi hal yang penting dalam pemasaran media. Pemasaran yang baik dimulai dari
penentuan target khalayak (Anderson dan Kotler, 2003:143). Prinsip yang secara
umum dilakukan dalam pemasaran ini juga dilakukan dalam hal manajemen media. Tahap
targeting dilakukan setelah institusi
atau perusahaan media melakukan pengidentifikasian beragam segmen sebagaimana
yang tersebut sebelumnya. Setelah identifikasi dilakukan, perusahaan melakukan
kajian atas segmen tersebut, dan kemudian dipilih segmen yang menjadi sasaran. Segmen
yang menjadi sasaran inilah yang disebut sebagai targeting.
Positioning memiliki tujuan
untuk mengakuisisi satu kata yang menjadi ranking dari produk tertentu dalam
pikiran khalayak (Arens, 2006:189). Beberapa produk bahkan karena memiliki
ranking kuat dalam pikiran khalayak sehingga menjadi merek yang generik,
sebagai contoh adalah celana berbahan jeans.
Programming Radio dan Televisi
Dalam
kegiatan programming yang penting
adalah tujuan dari programming yang
disusun. Penyiaran radio memiliki target yang spesifik (Perebisnossoff,
2005:150). Di Indonesia, kita bisa menjumpai radio yang memiliki segmentasi
anak muda seperti Radio Prambors dan kaum eksekutif dan pebisnis seperti Radio Sindo
Trijaya yang memiliki jaringan radio nasional. Di tingkat lokal, segmentasi
radio semakin spesifik, seperti Radio GCD di Yogyakarta yang khusus memutar
lagu campursari dan dangdut.
Beberapa
tujuan programming televisi, pertama,
programming televisi ditujukan untuk
menjangkau audiens seluas mungkin (Perebisnossoff, 2005:124). Keluasan ini
tentu saja terutama ditujukan pada wilayah yang berpenduduk padat. Jangkauan yang
luas memungkinkan stasiun televisi memiliki audiens yang berjumlah besar,
sehingga para pengiklan bersedia memasang iklan dengan biaya tinggi. Dengan datangnya
para pengiklan, stasiun televisi dapat menutupi biaya produksinya.
Kedua,
programming televisi bertujuan untuk
menjangkau audiens yang spesifik. Ini terutama terjadi pada televisi kabel,
yang berbeda dengan televisi terrestrial, lebih menekankan untuk mendapatkan
perhatian dari audiens yang kecil namun benar-benar menjadi segmentasinya. Ketiga
adalah menarik pelanggan. Tujuan ketiga ini lebih konttekstual digunakan oleh
televisi kabel berlangganan. Stasiun televisi kabel mendapatkan uang dari
pelanggan berdasarkan ditonton atau tidaknya program acara yang mereka
tayangkan. Hal ini berkaitan dengan tujuan
keempat dalam programming yaitu
audiens yang bisa keluar masuk.
Maksudnya
adalah audiens bisa masuk menjadi pelanggan stasiun televisi kabel dan dengan
cepat bisa berubah menjadi bukan pelanggan ketika memindahkan saluran televisi.
Dua tujuan diatas juga relevan dalam televisi terrestrial. Memang umumnya
stasiun televisi ini menjangkau audiens secara luas, namun jika dilihat secara
detail, penataan jam siaran sangat memperhatikan dua hal ini.
Perancang
programming melihat rating program
yang mereka dapatkan sebagai acuan dalam menentukan kelayakan program acara
untuk dilanjutkan atau tidak. Dengan menggunakan rating, mereka juga dapat melihat trend program acara yang diminati
oleh audiens. Trend tersebut mereka teruskan kebagian produksi dan kreatif.
No comments:
Post a Comment