Friday, April 1, 2016

Resensi Buku


Resensi Buku

oleh. Nera Henaria

Judul Buku  : Deradikalisasi Dunia Maya : Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media
Penulis         : Agus Surya Bakti
Penerbit      : Daulat Press
Tanggal Terbit : Januari 2016
Jumlah halaman : 223



Terorisme Dunia Maya


Buku Deradikalisasi Dunia Maya : Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media ini ditulis oleh seorang Mayjen TNI yang sekarang menjabat sebagai Panglima Kodam VII/ Wirabuana berisikan tentang penanggulangan terorisme dengan mengedepankan pada upaya sistematis untuk mengubah dunia maya yang saat ini disesaki dengan konten radikal di jagat antar jaringan alias internet, agar tidak mempengaruhi para pembaca dan penggunanya. Di dalam buku ini akan menjelaskan tentang bagaimana menangkal sebuah paham deradikalisasi dalam pendekatan budaya dan dunia maya. Dalam buku ini juga mampu menyampaikan analisanya secara mendalam yang berkaitan dengan masalah radikalisme yang terjadi di dunia maya. Selain itu, buku ini juga secara terang-terangan menjelaskan penyebaran sebuah terorisme dan paham radikalisme yang saat ini telah marak di dunia maya khususnya internet.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat memiliki beberapa dampak negatif, khususnya pada media internet. Saat ini internet telah menjadi media baru yang digunakan untuk menyebarkan paham radikalisme. Internet seperti telah menjadi wadah yang sangat pas karena penyebaran informasinya yang cukup cepat, dapat menjangkau khalayak luas, dan setiap orang sangat mudah untuk mengaksesnya. Dengan kehadiran internet yang memiliki banyak kelebihan tersebut sangat dinikmati dan menguntungkan bagi para kelompok teroris yang akan menyebarkan sebuah paham radikalnya. Melalui media internet para kelompok teroris bisa dengan mudah untuk merekrut anggota baru, mengadakan pelatihan, melakukan propaganda, pendidikan, dan pembinaan jaringan kelompoknya. Dalam buku ini, terdapat juga data-data yang berisi hasil monitoring, terdapat situs negatif, dan contoh-contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia maupun di luar negeri.

Melalui media baru ini, sebuah propaganda dapat dilakukan dalam bentuk tulisan, video, dan ajakan-ajakan yang bisa disebarkan baik melalui website, media sosial, blog, dan sebagainya. Dimana hal tersebut terbukti sangat efektif dan efisien dalam upaya untuk menyebarluaskan sebuah kebencian, memperluas jaringan, ataupun mencari anggota baru untuk ikut bergabung dengan kelompoknya serta mengikuti paham-paham yang diajarkannya.

Munculnya perubahan teknologi dan informasi baru berbasis media internet semakin memudahkan para kelompok teroris untuk meningkatkan jaringan dan melakukan propaganda terhadap paham radikalisme yang mereka anut. Para pelaku radikal memanfaatkan teknologi baru ini untuk untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat. Banyak para organisasi atau kelompok yang menggunakan media internet untuk menjalankan kegiatannya demi mencapai tujuan yang mereka inginkan. Fenomena tersebut membuat penggunaan internet oleh berbagai organisasi atau kelompok dijadikan sebagai seuatu pola, modus, bahkan strategi baru yang cukup efisien demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Seperti saat ini, kekuatan para kelompok teroris tidak lagi melalui jaringan perorangan melainkan melalui jaringan yang dapat terhubung secara global yaitu internet.
Buku ini menurut saya layak untuk dibaca dan sangat menarik, karena dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya tentang bagaimana cara untuk menangkal sebuah paham deradikalisasi dalam pendekatan budaya dan dunia maya. Selain itu, literature mengenai penyebaran terorisme melalui media baru yaitu internet ini belum banyak yang mengulasnya. Perkembangan dunia maya tidak dapat dibendung lagi, tetapi kitalah yang dapat melakukan perubahan dengan memberikan konten-konten kedamaian di dalamnya. Seperti juga terorisme, penulis buku ini mengatakan “terorisme tidak dihadapi dengan kekerasan tapi dengan kelembutan, nah aksi kekerasan yang dulu saya perhatikan kini berubah menjadi paham yang berbahaya”. Dari pernyataan tersebut, saya menangkap bahwa aksi-aksi para kelompok teroris yang kejam tersebut diawali dengan sebuah perekrutan anggota yang penuh dengan kelembutan, tetapi sangat membahayakan.

Dari setiap kelebihan pasti ada kekurangan. Menurut saya, tidak banyak kekurangan dalam  buku Deradikalisasi Dunia Maya : Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media ini, dalam buku ini masih kurang menambahkan penjelasan mengenai langkah-langkah ataupun kiat-kiat yang bisa dilakukan setiap orang agar terhindar dari penyebaran paham radikalisme tersebut yang merupakan ajaran berbahaya itu, khususnya bagi para pembaca yang masih asing atau awan dengan paham radikal dan para generasi muda. Untuk itu para pembaca bias dengan mudah mewaspadai dan mengenali ancaman dari paham radikal yang saat ini beredar di dunia maya.

Dari fenomena terorisme saat ini sepertinya semakin menjamur dan semakin terang-terangan menunjukan keberadaanya di masyarakat. Para kelompok terorisme sepertinya bisa semakin berkembang seiring dengan adanya media baru yaitu internet. Di dunia maya, para pelaku paham radikal lebih menyasar pada kalangan anak muda atau remaja, karena dianggap bahwa anak muda atau remaja lebih mudah terpengaruh dan lebih mudah untuk mempengaruhinya terhadap hal-hal yang seperti itu. Dengan membendung pengaruh terorisme dan penyebaran paham radikalisme di dunia maya tidak cukup hanya dengan memotong dan mematikan akses media mereka. Kebijakan deradikalisasi dunia maya dapat digambarkan sebagai upaya untuk melawan sebuah ideologi dan propaganda dari para kelompok radikal, kemudian menghiasi dunia maya dengan berbagai bentuk atau konten perdamaian, dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya tahan masyarakat dari pengaruh paham radikal terorisme.

No comments:

Post a Comment