Saturday, April 2, 2016

RESENSI BUKU


Resensi Buku, Media
--KREATIF SAMPAI MATI, by WAHYU ADITYA--


Penulis  : Wahyu Aditya
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan/Tahun Terbit : III, Mei 2013
Jumlah Halaman : 302 halaman

Menurut saya, buku ini sangat menarik. Karena di buku ini membahas bagaimana kita berproses kreatif dalam berpikir, bertanya banyak hal yang bisa diakali dengan kreatif dan memulai usaha dengan kreatif. Kreatif itu bisa dilatih dan tidak bisa dibeli. Kreatif itu cara bertahan hidup. Kreatif itu penting. Kreatif itu adalah sesuatu yang baru. Kreatif itu adalah salah satu bentuk pertahanan yang dibutuhkan negara ini. Beberapa tulisan kreatif berwarna putih dengan landasan merah dalam buku Sila ke-6 : Kreatif Sampai Mati karya Wahyu Aditya menyadarkan para pembaca akan apa itu kreatif.  Di buku dengan tebal 302 halaman berisi 17 butir (bab) yang di dalamnya terdapat berbagai macam desain dan animasi menggambarkan tentang kreatifitas. Di setiap halaman penulis memberikan gambar yang berbeda-beda, sehingga yang terjadi jika lembaranan halaman itu digerakkan secara perlahan. Maka akan terbentuk sebuah pola yang lucu dan menarik. Selain itu di setiap butir, penulis memberikan warna, tulisan serta desain berbeda mengenai apa itu kreatif. Buku ini, merupakan buku yang sangat aplikatif, praktis, menarik, lucu, tidak membosankan dan sangat kreatif. Gaya penulisan dengan konsep scratch book. Menjadikan buku dibaca berkali-kali tidak akan membuat pembaca bosan. Malah semakin memahamkan tentang cara dan pentingnya berpikir kreatif. Sungguh buku yang sangat edukatif. Salah satu buku yang wajib dibaca oleh para rakyat Indonesia.
Di bab awal, kita bisa mengetahui dan kita bisa mengulas sedikit tentang di
negeri kita sendiri pun masih sering membuat anggapan bahwa pelajaran eksak lah yang paling penting dibandingkan pelajaran lainnya. Sehingga, siswa yang kurang dalam bidang tersebut tidak bisa tertampung pada minatnya. Penulis pada masa sekolah, hanya menyukai 2 pelajaran saja, yaitu: pelajaran seni dan jam kosong. Pelajaran kesenian adalah tempat belajar kesenian, sedangkan jam kosong adalah kesempatan untuk melatih lagi pelajaran kesenian. Lalu, pada bab selanjutnya, penulis memaparkan tentang hambatan pada proses kretifitas, berimajinasi, dan hal menarik lain yang disertai ilustrasi khas mas wadit (-panggilan penulis). Salah satu hal menarik yang lain disampaikan oleh penulis, bahwasanya kretifitas akan membuat suasana belajar menyenangkan. Penulis mencontohkan kelas yang di atur secara biasa, dengan kelas yang dihias dengan tema dan hiasan sedemikian rupa, yang dibuat oleh anggota kelas, akan membuat suasana belajar semakin fun.
Di bab kedua tentang Miliuner. Yaitu dengan berpikir dari berbagai arah. Ditunjukkan dengan tanda (gambar) besar seperti tambah (+). Gambar ini merupakan konsep pola pikir kreatif. Yaitu dengan cara berpikir ke segala arah, berpikir terbalik atau berpikir berlawanan arah (Halaman 28). Seperti penulis novel bestseller Twilight yaitu Stephenie Meyer. Stephenie mencoba memberi persepsi terbalik terhadap sosok vampir. Biasanya vampir itu berwujud menakutkan, tokoh antagonis, peminum darah manusia dan hanya berani keluar. Di novel ini, sosok vampir berubah menjadi sosok ganteng, tokoh yang baik hati, seorang vegetarian dan tidak takut terhadap matahari. Selain itu dicontohkan juga berbagai orang-orang kreatif yang sukses baik di dunia musik, bisnis properti dan makanan. Sungguh sangat kreatif.
Selanjutnya, Seperti dalam buku “The Power Of Kepepet,” disitu dijelaskan bahwa dalam keadaan kepepet, maka akan muncul adrenalin yang membuat kita dulunya berpikir tidak bisa dan tidak mungkin menjadi bisa. Seperti yang dilakukan oleh Aditya membuat kampaye tentang “Koin Peduli Prita” untuk mengumpulkan uang koin sebanyak 204 juta. Ternyata kampaye inipun sukses dan bisa menyelamatkan prita dari gugatan sebuah Rumah Sakit Internasional di Tangerang.
Visi dan misi Mas Wahyu Aditya untuk hidup dengan kreatifitas membuat para pembaca menjadi optimis untuk selalu kreatif dalam keterbatasan, kebuntuan dan menghadapi segala tantangan yang ada. Beberapa hal unik juga diungkap disini. Misalnya saja melihat dunia pendidikan yang monoton dan mainstream, melihat logo-logo pemerintah yang kaku sampai pada gerakan nyata mencintai Indonesia. Ingatlah pesan Presiden Soekarno:

“Bangsa yang besar adalah Bangsa yang Kreatif..!” 



--AMALIA HAMIDA, 14321117--

No comments:

Post a Comment